Kami berdua terdiam untuk beberapa saat, sepertinya memang kami memikirkan sebuah hal yang sama tapi sama-sama malu dan enggan untuk mengungkapkannya. Sudut mataku full mentok ke arah buah dadanya yang maju banget, lebih dari rata-rata. Kuperhatikan lagi wajahnya dengan seksama, kulirik sejenak lalu membayangkannya, hmm.. Bu Linda ini adalah perempuan paruh baya yang tercantik yang pernah kulihat. Tapi.. Bagaimana caranya? Aku bingung sendiri sampai tiba-tiba ia membuka pembicaraan lagi, "Gus, menurut kamu kabar burung tentang kebiasaan buruk para elite pemerintah yang dikatakan punya hobi "jajanan" itu betul, nggak?" ia tak sadar semakin mengarahkan pembicaraan itu. Wah ini dia kesempatanku!
"Tampaknya ibu cukup ketinggalan juga, ibu masih menganggap itu kabar burung tapi saya sendiri pernah menelitinya secara ilmiah, Bu",
"Oh ya?" dia tampak bersemangat lagi,
"Ya, dulu saya bersama teman pernah melakukan penelitian dengan sampling dan polling di antara keluarga para pejabat dan eksekutif di Jakarta",
"Terus... terus gimana..." ia memotong,
"Hasilnya cukup mengejutkan, sekitar 60 persen dari para bapak-bapak itu mengaku pernah atau memang sering melakukannya",
"Hah..!" Bu Linda terperanjat, matanya menatapku tajam, ini kesempatan lagi untuk membalas tatapan perempuan cantik itu. Sambil lalu aku melanjutkan keterangan yang sebenarnya hanya khayalanku saja, ini untungnya ilmuwan, biar ngawur juga sedikit tidak pasti dipercaya.
"Dan yang lebih aneh lagi, Bu. Sebagian besar dari para respondent menganggap hal tersebut suatu yang sudah lumrah. Malah ada lagi yang berpendapat bahwa aneh kalau seorang pejabat teras dan eksekutif tak memiliki wanita lain selain istrinya, lebih tepat kalau saya katakan partner seks lain karena para wanita tadi memang lebih sering berfungsi sebagai teman kencan. Kalau para pejabat pusat biasanya mengincar para artis dan bintang film, tentunya dengan konpensasi yang sebanding untuk si wanita, dan pejabat daerah biasanya memakai kedok perusahaan pribadi mereka, merekrut gadis-gadis cantik untuk dijadikan simpanan dengan kedok mempekerjakan mereka sebagai sekertaris, staff dan lain-lain", jelasku panjang lebar, kata-kata itu muncul begitu saja dari mulutku dengan logika yang sedikit ngawur. Bu Ani tampak sangat serius menanggapinya. Belum lagi aku melanjutkan kata-kata itu ia sudah memotong dengan pertanyaan yang justru membuat rencana kecil dan trik itu berjalan semakin lancar saja,
"Kalau menurut kamu, Bapak gitu nggak? Maksudku mm suami ibu gitu", ini dia pertanyaan yang kutunggu, jantungku pun berdetak mulai kencang dan dengan susah payah aku berusaha mengatur intonasi suara agar terdengar stabil.
"Ngg... gimana ya, Bu. Ini yang berat. Tapi..." Aku jadi ragu menjawabnya, Ah aku harus mendapatkan perempuan itu malam ini juga, ya, harus, harus.
"Tapi apa, Gus?" ia semakin penasaran,
"Tapi saya kan baru di sini, sebulan juga belum, Bu."
"ooo... iya kamu benar juga, tapi nggak ada salahnya lho. Tapi oke lah, kita kembali ke topik tadi, terus gimana hasil penelitian kamu pada para istri pejabat", suasana jadi agak kikuk, Bu Linda berusaha santai, kakinya yang sedari tadi dilipat itu kini ia selonjorkan.
"My God, aku harus bagaimana lagi untuk mencoba melakukannya, ah peduli setan, aku bukan istri yang setia. Dan lagi apa gunanya sih? Oh.. Agus, sentuh aku malam ini, rasanya aku ingin sekali merengkuh tubuhmu, memberi jalan padamu untuk memasuki tubuhku", ia agak segan saat batinnya ingin menyebut nama benda yang ada di antara selangkangan pemuda itu. Dan... wooow, reaksi apakah itu? Ia seperti melihat perubahan jelas pada permukaan celana anak ini.
Aku pun mulai kehilangan bahan omongan, otakku sudah dipenuhi bayangan vulgar tubuh wanita berumur empat puluhan ini bertelanjang bulat di hadapanku. Pantat dan pinggulnya yang aduhai itu, oh betapa nikmatnya kalau tanganku bisa meremas-remasnya. Suasana mendadak vakum cukup lama, tak sepatah katapun yang keluar dari mulut kami, Ya ampun, bagaimana caranya aku... aku ingin sekali menyentuh benda itu tapi kenapa tangan ini rasanya seperti beku tak bisa kugerakkan. Ini kali pertama aku begitu bergairah pada seorang lelaki sejak perkawinanku sembilan belas tahun lalu, mungkinkah? Ini bisa kulakukan... ooohh aku ingin cepat-cepat meremas batang penismu anak muda! Oohh betapa nikmatnya kalau anak ini sampai menindihku, memainkan seluruh alat vitalku, memasuki liang rahimku ooohh, akankah ia jadi orang yang pertama berselingkuh denganku. Jari tangan Bu Linda saling meremas keras, aku jadi semakin yakin kalau wanita ini memang menginginkannya, sikat saja, Gus! Dia wanita kesepian! Lihatlah gerak-geriknya, perlakuan suaminya, kecantikan tubuhnya, bukankah itu yang kau cari? Entah dari mana datangnya keberanianku, lebih tepat kalau dibilang kenekatanku. Tanganku tiba-tiba mendarat di atas telapaknya yang saling meremas tadi.
"Ada apa, bu. Ibu sepertinya sedang memikirkan sesuatu?" kupandangi matanya yang indah, bibir manisnya yang tampak begitu ranum itu seperti kehilangan warna keseharian yang biasa ia tunjukkan pada para pekerja.
"Gus", panggilnya serak dan berat.
"Ya, bu?"
"Ibu ingin sesuatu dari kamu... dan ibu harap kamu mau meluluskannya", ia menatap mataku. Teduh sekali pandangan wanita ini, wajahnya berubah seperti seorang pengantin baru yang sedang menghadapi malam pertama. Aku yakin, saat itu aku tak dapat lagi mengontrol diri, sebelah tanganku bergerak meraba pundaknya, entah setan dari mana yang memberiku tenaga tapi aku yakin seyakin-yakinnya... ini malam pasti bakalan kejadian,
"Saya berharap inilah yang ibu inginkan", kataku lalu mengarahkan bibirku pada bibirnya yang merah... entah berapa lama setelah itu kami berdua sudah turun dari sofa dan terlibat pertarungan bibir yang sangat hebat. Tak ada lagi kata-kata, yang terdengar hanya desahan berat mengiringi waktu dan suasana yang semakin panas, aku menindih tubuhnya di lantai berlapis karpet tebal itu. Sementara tanganku meraba permukaan dadanya yang menggelembung besar dan montok, kususupkan telapakku melalui celah dasternya lalu dengan cekatan jari-jariku menarik BH-nya ke atas. Hmm... kelembutan buah dada wanita paruh baya itu semakin membuatku bernafsu menggumulinya. Tangan kiriku tak mau ketinggalan, merambat ke arah bawah menuju daerah pangkal pahanya, dari situ kutarik celana dalam pink-nya ke bawah dan langsung kulorotkan, Bu Linda menyambutnya dengan meloloskan CD itu lepas dari kakinya. Sejenak kuhentikan aktivitas itu, kurenggangkan jarak antara tubuh kami, lalu pelan-pelan kulepaskan dasternya yang begitu tampak seksi dimataku.
"ooohh akhirnya... mm... gumuli aku, sayang, gumuli aku, setubuhi wanita kesepian ini... ooohh..."
"Ibu yakin akan melakukan ini, bu?"
"Teruskan sayang, puaskan ibu malam ini. Ibu memang sudah lama ingin melakukan ini, kamu akan jadi lelaki pertama yang menyetubuhi ibu selain suami, lakukanlah, Gus, lakukan, ibu mau, Gus. Mau.. mau... teruskan sayang..." ia mengangkat-angkat tubuhnya untuk memudahkan aku meloloskan dasternya dan... tubuh bahenol istri Pak Rudi itu kini telah tersaji lengkap di hadapanku. Tergesa-gesa kulepaskan pakaian dan celana dalam yang kukenakan. Mata permpuan itu melotot melihat sesuatu yang berdiri tegak di selangkanganku, raut mukanya menampakkan rasa khawatir bercampur gembira.
"Besar sekali sayang... ya ampun, gimana rasanya?" serunya genit sambil mengulurkan tangan kearahku. Aku kembali menindih tubuh telanjang yang begitu menggairahkan itu. Mulutku langsung menuju ke puncak gunung kembar di dadanya dan crooop... menyedot puting susunya yang merah kecoklatan. Ternyata bentuk payudara ini jauh lebih bagus dari payudara wanita-wanita lain yang pernah kugauli, malah Annie mantan pacarku pun tak ada apa-apanya dibanding Bu Linda.
"ooohh... nikmatnya mulutmu sayang ooohh, kau benar-benar lelaki yang pertama kali memberiku kenikmatan seperti ini, suamikupun tidak pernah..."
"Ng.. aahh.. sedooot yang keraas... uuuhh.. nikmat sekali sayang",
"Kenapa aku tiba-tiba tak sabar ingin di masuki batang penismu? Menelan air manimu seperti di film itu atau menampungnya dalam rahimku ooohh... akupun rela kalau mengandung anak hasil perbuatan haram ini... sayang, ooohh setubuhilah aku sepuasmu, nak. Kau harus memberiku kepuasan malam ini."
Pinggulnya bergerak ke samping kiri dan kanan, seperti mengisyaratkan aku untuk segera mulai menyetubuhinya. No way, terlalu cepat. Kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan sampai di daerah yang paling aku sukai, hmm namanya juga istri pejabat, daerah ini tampaknya terawat baik sekali. Tak perlu ragu.
"Ibu mau diapain sayang ooohh.. ibu malu", tangannya mencoba menahan sambil menarik rambutku. Namun rasa geli di permukaan perutnya ternyata sangat ia sukai. Beberapa saat kemudian tangan itu malah mendorong kepalaku semakin bawah dan... nyam-nyam ini dia! Hutan lebat yang menyembunyikan oase itu kusingkap, oh... bukit kecil dengan sumur di antaranya yang berwarna merah merangsang birahi itu. Kusibakkan kedua bibir vaginanya dan creeep... ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah vagina yang sudah sedari tadi becek itu.
"aahh... kamu nakaall", jeritnya cukup keras,Terus terang vaginanya adalah terindah yang pernah aku cicipi, bibir kemaluannya yang merah merekah dengan bentuk yang gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir vagina itu dengan mulutku. Tak kusangka wanita pemiliknya sudah pernah mengeluarkan tiga anak dari vagina ini. Cairan kelamin mulai deras mengalir dari lubuk rahim Bu Linda.
"uuuhh... kamu yang pertama memperlakukan aku seperti ini, ooohh aku bahkan tak pernah membayangkan hal ini sebelumnya, ya ampuuunn ooohh lidahmu oooh nikmatnya. Tak pernah sebelumnya suamiku berbuat seperti ini padaku, ah masa bodoh dia hanya seorang pecundang sekarang."
Sementara aku asyik menikmati bibir kemaluannya, ia terus mendesah merasakan kegelian, persis seorang gadis perawan yang baru merasakan seks untuk pertama kali, kasihan wanita ini dan betapa bodohnya Pak Rudy. Lelaki botak itu mungkin sedang asyik dengan perempuan lain malam ini. Jadi wajar saja kalau istrinya bersetubuh denganku, adil kan?
"aahh.. sayang... ibu suka yang itu yaahh sedooot lagi dong sayang oooggghh", ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku. Sebuah panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini. Tapi kuakui sikapnya yang dewasa dan keibuan inilah yang menjadi daya tariknya. Lima menit kemudian...
"Sayang.., Ibu ingin cicipi punya kamu juga", katanya seperti memintaku menghentikan tarian lidah di atas vaginanya.
"Ahh, baiklah Bu, sekarang giliran ibu", lanjutku kemudian berdiri mengangkang di atas wajahnya yang masih berbaring. Tangannya langsung meraih batang penis besarku dan sekejap terkejut menyadari ukurannya yang jauh di atas rata-rata.
"ini barang atau ketimun, Gus?" candanya padaku, lidahnya langsung menjulur kearah kepala penis yang sudah sedari tadi tegang dan amat keras itu.
"Mungkin ini nggak akan cukup kalau masuk di.. aah mm... ngggmm", belum lagi kata-kata isengnya keluar aku sudah menghunjamkan penisku kearah mulutnya dan crooop langsung memenuhi rongganya yang mungil itu. Matanya menatapku dengan pandangan lucu, sementara aku sedang meringis merasakan kegelian yang justru semakin membuat batang penis itu tegang dan keras.
"Aduuuh enaak Bu ooohh enaknya Bu ooohh..", mulutku mulai mengeluarkan tempat bersandar sampai aku terduduk lagi di sebuah sofa panjang sementara ia terus menyedot dan mengocok batang kemaluanku keluar masuk mulutnya yang kini tampak semakin sesak. Tangan kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut bergoyang kesana kemari sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di punggungnya yang halus itu. Sesekali ia menggigit kecil kepala kemaluanku dalam mulutnya",mm... mm...", hanya itu yang keluar dari mulutnya, seiring telapak tanganku yang meremas keras daging empuk di dadanya. Apakah aku sanggup menerima penis ini dalam vaginaku, uh... besarnya. Tak kubayangkan ada lelaki muda dan gagah dengan ukuran kemaluan sebesar dan sepanjang ini, alangkah nikmatnya, aku sudah tak sabar lagi.
"Crop..." ia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya.. dan berdiri tegak di hadapanku, aku langsung menyergap pinggulnya dan lagi-lagi, daerah selangkangan dengan bukit berbulu itu kuserubuti dan menyedot cairan mani yang sepertinya sudah membanjir di bibir vaginanya.
"Aooouuuhh... ibu ndak tahan lagi sayang ampuuun... Gusss... hh masukin ibu sekarang juga, ayooo..", pintanya sambil lalu beranjak menempatkan dirinya tepat diatas pangkal pahaku yang terduduk tegak di sofa, selangkangannya yang tersibak di antara pinggangku menempatkan posisi liang vaginanya yang terbuka lebar itu siap menerima masuknya penis besar yang kini sudah benar-benar tampak tegak lurus dan keras. Pelan sekali ia menempelkan bibir kemaluannya di kepala penisku dan mendorong perlahan,
"Nggg... aa.. aa.. aa.. iii... ooohh masuuuk... aduuuh besar sekali sayang, ooohh...", ia merintih, wajahnya memucat seperti orang yang terluka iris. Aku tahu kalau itu adalah reaksi dari bibir vaginanya yang terlalu rapat untuk ukuran penisku. Dan Bu Linda merupakan wanita yang kesekian kalinya mengatakan hal yang sama. Namun jujur saja, ia adalah wanita paruh baya tercantik dan terseksi dari semua wanita yang pernah kutiduri. Buah dadanya yang membusung besar itu langsung kuhujani dengan kecupan-kecupan pada kedua putingnya secara bergiliran, sesekali aku juga berusaha mengimbangi gerakan turun naiknya diatas pinggangku dengan cara mengangkat-angkat dan memiringkan pinggul hingga membuatnya semakin bernafsu.
"Huuuhh.. aahh Bu, nikmat sekali Bu Linda.. ooohh, vagina ibu ooohh lezatnya ooohh goyang terus Bu aahh ini yang saya suka Bu ooohh",
"Yaahh nggg.. ooohh sayang... sedooot terus susu ibu, Gushh..."
Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras sementara penisku terus keluar masuk semakin lancar dalam liang vaginanya yang sudah terasa banjir dan amat becek itu. Puting susunya yang ternyata merupakan titik nikmatnya kugigit kecil hingga wanita itu berteriak kecil merintih menahan rasa nikmat sangat hebat, untung saja kamar tidur Lisa terletak di lantai dua yang cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua. Puas memainkan kedua buah dadanya kedua tanganku meraih kepalanya dan menariknya kearah wajahku, sampai disitu mulut kami beradu, kami saling memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran. Setelah itu lidahku menjalar liar di pipinya naik karah kelopak matanya melumuri seluruh wajah cantik itu, dan menggigit daun telinganya. Genjotan pinggulnya semakin keras menghantam pangkal pahaku, penisku semakin terasa membentur dasar liang vagina itu.
"ooohh.. aa... aahh... aahh... mmhh geliii ooohh enaknya, Gus... oooh",
"Yaahh enaak juga Bu ooohh vagina ibu rasanya nikmat sekali, yaahh iiiyyaakkhh.. genjot yang keras Bu, nikmat sekali seperti ini, Bu ooohh ibu enaakk... ooohh Bu ooohh vagina ibu nikmat sekali, Bu", kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali, bahkan tak kupedulikan lagi estetika bahasa pada istri Pak Rudi ini, aku tak canggung lagi menyebut kata-kata seronok tentang alat vitalnya yang memang benar-benar terasa nikmat. Goyang pinggulnya yang sesekali memutar itu membuat seluruh permukaan penisku terasa membelai dinding bagian dalam kemaluannya. Tanganku yang tadi ada di atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan vaginanya tertusuk penisku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan pantatnya. Secara reflek pula vaginanya menjepit dan berdenyut seperti menyedot batang penisku. Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Bu Linda terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya, ooouuuhh.. Ini pertama kalinya dalam hidupku aku merasa seperti ini, anak ini benar-benar perkasa, ooh dia masih tampak kekar dan tenang. "Aku menyerah anak muda, aku tak kuat lagi menahan ini oooh penismu terasa seperti peluru kendali nuklir yang meluluh lantakkan rahimku.. oooh nikmatnya."
"Gusss... aahh ibuu ngaa... nggak kuaat aahh aahh aahh ooohh...",
"Taahaan Bu... Tunggu saya dulu mm nggg.. Noooh enaknya Bu.. tahan dulu Bu... jangan keluarin dulu."
Tapi sia-sia saja, tubuh Bu Linda menegang kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari mukaku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras susunya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya. "ooo... nggg... aahh... sayang sayang sayang sayaang oooh enaak ibu kelauaar keluar keluar haah haah hhooohh ooohh...", teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan jepitan vaginanya di sekeliling penisku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot enam kali di dalam liang vaginanya sampai sekitar sepuluh detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku. Dengusan nafasnya mendominasi suasana yang mendadak sepi itu.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar