Sekarang ini aku ingin merasakan kelezatan cairan kewanitaan dari liang vaginanya, sebab pernah sohibku bilang terus terang kepadaku kalau ia sangat ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya ketika mereka sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat dirinya bergairah. Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan kekasihku. Dina membuka ke dua belah pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang sekali. Kini wajahnya yang manis kelihatan kusut dan rambutnya tampak awut-awutan. Kedua matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya kelihatan basah merekah indah sekali. Kedua tangannya juga masih tetap memegangi kain sprei, kelihatannya dia tegang sekali.
"Sayang... jangan tegang begitu dong sayang", kataku mesra.
"Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau Dik Dina merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass...." kataku selanjutnya. Sambil tetap memejamkan mata ia berkata lirih.
"I... iya mass eenaak sih mass", katanya polos. Aku tersenyum senang,
"Sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa sayang", bisikku dalam hati, dan setelah itu aku akan merenggut kegadisanmu dan menyetubuhimu sepuasnya.
Kupandangi beberapa saat keindahan bentuk alat kelaminnya itu, baru pertama kali ini aku menyaksikan alat kelamin wanita. Ternyata di samping baunya sangat khas dan merangsang hidungku, keringat yang membasahi di sekitar selangkangannya pun berbau harum dan khas. Dari yang sering aku lihat di VCD ataupun di majalah, bentuk alat kelamin milik Dina ini termasuk masih Fresh, maksudnya di samping masih belum ditumbuhi sehelai rambutpun namun juga kulit di bibir vagina dan di sekitar alat kelaminnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua labia mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak bisa melihat lubang vaginanya sama sekali. Benar-benar gadis perawan asli pikirku bangga. Aahh, betapa nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan liang vaginanya menjepit batang penisku, akan kutumpahkan sebanyak-banyaknya nanti air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda hilangnya keperjakaanku.
Aku juga ingin nantinya Dina bisa merasakan semprotan air maniku yang hangat dan banyak agar ia dapat pula merasakan kenikmatan yang sedang kurasakan. Cukup lama aku melamun sambil memandangi keindahan alat kelaminnya sembari menikmati aroma khas yang keluar dari celah vaginanya yang rapat, saat tiba-tiba Dina berbisik lirih menyadarkanku.
"Mas... ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?" tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya walaupun sedikit kusut berkeringat tapi tetap manis sekali.
"Nnngghh... abisnya punyamu lucu sih, bau lagi", balasku nakal.
"Iiihh... jahat", Belum habis berkata begitu tangan Dina bergerak memegang kepalaku dan mengucek-ucek rambut kepalaku. Aku tertawa geli. Selanjutnya tanpa kuduga kedua tangannya itu menekan kepalaku ke bawah, sontak mukaku terutama hidung dan bibirku langsung nyosor menekan bukit kemaluannya, "mffmffphh..." hidungku menyelip di antara kedua bibir kemaluannya, empuk dan hangat. Kuhirup sepuas-puasnya bau alat kelaminnya penuh perasaan, sementara bibirku mengecup bagian bawah labia mayoranya dengan bernafsu. Kuputar kepalaku sekitar 40 derajat, sementara jemari kedua tanganku merayap ke balik pahanya dan meremas bokongnya yang bundar dengan gemas. Aku mulai mencumbui bibir kemaluannya yang tebal itu secara bergantian seperti kalau aku mencium bibir Dina. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, aku berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir kemaluannya bagian bawah.
Rasanya, mm ada sedikit manis dan asin bercampur bau vaginanya yang memabukan, pokoknya dari Sabang sampai Merauke sudah nggak bisa diungkapkan. Nggak heran karena ulahku Dina sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir kemaluannya. Kupegangi kedua belah bokongnya yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun juga aku tak rela melepaskan pagutan bibirku pada labia mayoranya yang merangsang. Salah sendiri pikirku siapa dulu yang mulai. "mm.. masss... aauuuwwww... auuuwwww... aawwww... hggghhkkhh... mass... aduuh.... enaak masss... aahh aduhh... oouuhh", Dina mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tangannya bergerak meremasi rambut kepalaku sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya yang seksi. Kadang pantatnya dinaikkannya sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh permukaan alat kelaminnya yang montok itu. "Masss... oouhh... yaahh... yaahah... mass huhuhu.. huhu..." Dina berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis mungkin saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang kuciptakan pada alat kelaminnya. Tubuhnya menggeliat hebat dan kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir kemaluannya, kepala kekasihku dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat, mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan.
Aku semakin bersemangat melihat tingkahnya, sebentar lagi Dina pasti orgasme, kini mulutku semakin buas, dengan nafas setengah memburu kusibakkan bibir kemaluannya yang menawan dengan jemari tangan kananku, mm.. hangat dan empuk, kini kulihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurku bercampur dengan cairan lendir kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya itu barulah aku dapat melihat celah liang vaginanya yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula, aku mencoba untuk membuka bibir kemaluan Dina agak lebar agar aku dapat mengintip ke dalam liang vagina mungilnya bagaimana bentuk selaput daranya, namun Dina tiba-tiba memekik kecil ternyata aku terlalu lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu sehingga ia mengerang kesakitan. "aawww... iiih... mass.. sakiit", pekiknya kesakitan. Aku jadi terkejut dan menyesal. "Eeeh... maaf sayang, sakit yaa..." bisikku khawatir. Kuusap dengan lembut penuh kemesraan bibir kemaluannya agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu kusibakkan kembali pelan-pelan bibir nakalnya itu, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang vaginanya yang sempit itu aku melihat ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah clitorisnya bagian paling sensitif dari alat kelamin wanita. mm... ini dia biang kenikmatan bagiperempuan pikirku, lalu secepat kilat dengan rakus lidahku kujulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging clitorisnya. Benar saja karena tiba-tiba Dina memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke bawah. Dina mengejan hebat, aku sampai kaget dibuatnya karena pinggulnya bergerak liar dan kaku, jilatanku pada clitorisnya jadi luput. Dengan gemas aku memegang kuat-kuat kedua belah pahanya yang putih mulus lalu kembali kutempelkan bibir dan hidungku di atas celah kedua bibir kemaluannya, kujulurkan lidahku keluar sepanjang mungkin lalu kutelusupkan lidahku menembus jepitan bibir kemaluannya dan kembali menyentil nikmat clitorisnya dan, "Hgghggh... hghghghgh... shshhsh...." Dina memekik tertahan dan mendesis panjang tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya yang kecil, pantatnya diangkat ke atas sehingga memberi keuntungan bagiku untuk lebih dalam memasuki celah labia mayoranya menyentil-nyentil clitorisnya. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit tiba-tiba kudengar Dina terisak menangis dan kurasakan di dalam mulutku terasa ada semburan lemah dari dalam liang vaginanya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali.
Aku menyentil clitorisnya beberapa saat sampai kurasakan tubuh Dina mulai terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur. Dina melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru ia rasakan, kenikmatan sorga dunia miliknya, sementara aku masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar hasil orgasmenya yang terasa asin manis dari celah kemaluannya yang kini tampak agak memerah. Seluruh selangkangannya itu tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. mm... mm... aku menjilati seluruh permukaan bukit kemaluannya sampai agak kering, cairan lendirnya itu membuatku semakin bergairah. Perasaanku benar-benar fresh setelah menghirup dan menelan cairan lendir vaginanya. Aku tak tahu apa memang cairannya itu mengandung vitamin atau obat perangsang, masa bodoh yang jelas kini nafsu seks-ku telah memuncak, aku akan melakukan tugasku sebagai seorang laki-laki. "Sayaang... puas kan..." bisikku lembut namun Dina sama sekali tak menjawab, matanya terpejam rapat namun mulutnya kelihatan tersenyum bahagia. "Giliranku sayang, Mas mau masuk nih... tahan sakitnya sayang", bisikku lagi tanpa menunggu jawabannya. Aku segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhnya yang telanjang berkeringat. Buah dadanya yang penuh lukisan hasil karyaku kelihatan turun naik mengatur napas. Sebodoh pikirku, dengan agak kasar kutarik kakinya ke atas dan kutumpangkan kedua pahanya pada pangkal pahaku sendiri sehingga kini selangkangannya menjadi terbuka lebar mempertontonkan alat kewanitaannya yang merangsang itu.
Kutarik bokongnya ke arahku sehingga batang penisku yang sudah sengsara cukup lama hampir 1 jam itu langsung menempel di atas bukit kemaluan milik Dina yang masih basah. Kuusap-usapkan kepala penisku pada kedua belah bibir kemaluannya yang lunak dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal batang penisku kutepuk-tepukkan dengan gemas ke alat kelamin Dina. Puk... puk... puk... puk... puk... Dina menggeliat manja dan tertawa kecil, dirinya sudah kembali normal setelah dengan susah payah ia mendaki puncak kenikmatan.
"Mas... iiih.. gelii.. aah", jeritnya manja. Giginya yang putih kelihatan cerah, secerah wajah manisnya yang kembali bersinar lagi.
"Sayaang, penis Mas mau masuk nih... tahan yaa sakitnya", bisikku nakal penuh nafsu.
"Iiihh... jangan kasar ya mass... pelan-pelan saja masukinnya, Dina takut sakiit", sahut Dina polos penuh kepasrahan. Aku jadi terharu mendengarnya, aku jadi tak tega untuk merenggut kegadisannya tapi sayang batang penisku ini tak bisa diajak kompromi. Aku kasihan pada milikku yang sudah sengsara sejak seminggu lalu belum juga kulampiaskan. Ah, sebodoh. Sedikit kusibakkan bibir kemaluan miliknya dengan jemari kiriku, lalu ku arahkan kepala penisku yang besar ke liang vaginanya yang sempit, teng... teng... teng.. batang penisku semakin tegang melihat liang vaginanya itu. Aku mulai menekan dan Dina pun meringis, aku tekan lagi... akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang vaginanya itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala penisku. Dina menggigit bibir. Kulepaskan jemari tanganku dari bibir kemaluannya dan plekk... bibir kemaluannya langsung menjepit nikmat kepala penisku. "Tahan sayang..." bisikku bernafsu. Dina hanya mengangguk pelan, matanya lalu dipejamkan rapat-rapat dan kedua tangannya kembali memegangi kain sprei. Agak kubungkukkan badanku ke depan agar pantatku bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. "Heekkgh..." aku menahan napas sambil memajukan pinggulku dan sssrrrtt... crrkk... akhirnya kepala penisku mulai tenggelam di dalam liang vaginanya. Wow, nikmatnya saat liang vaginanya menjepit kepala rudalku, daging vaginanya terasa hangat dan agak licin, namun cengkeramannya begitu kuat seakan-akan kepala penisku seperti diremas-remas saja, kulihat urat-urat batang kemaluanku makin menonjol keluar saking banyaknya darah yang mengalir ke situ, aku kembali menekan, "hhgghgggghh", dan Dina mulai menjerit kesakitan, aku tak peduli, mili demi mili batang penisku secara pasti terus melesak ke dalam liang vaginanya dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala penisku untuk terus masuk, aku terus menekan dan "tesss" aku merasa seperti ada yang robek, bersamaan dengan itu Dina melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak.
"aauuwwww... huk.. huk... huu... huu", Wah selaput daranya robek nih pikirku, sebentar lagi pasti keluar darah, namun aku tak begitu peduli karena aku terus menekan, "Hgggghhgghgh..." batang penisku dengan ngotot terus memaksa memasuki liang vagina milik Dina yang luar biasa sempit itu. Kulihat bibir kemaluannya mekar semakin besar, kulihat betapa ketatnya liang kemaluannya itu menjepit batang penisku yang sudah masuk sekitar 6 centi, "Aagghh.." aku menahan rasa nikmat jepitan vaginanya. Kupegang pinggul Dina yang seksi mungil, dan kutarik kearahku "srrrtt... crrkrtt..." batang penisku masuk makin ke dalam, "Ooouhh", nikmatnya setengah mati. Dina terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara aku sendiri malah merem melek keenakan. Aku harus cepat, kalau tidak Dina kekasihku terlalu lama menderita, kupegang pinggul Dina lebih erat lalu aku mengambil nafas dan ancang-ancang, ini harus segera dibenamkan seluruhnya.
Dan, "hhghgghghk..." aku menghentak keras ke bawah, "Sssrt ccrrtt... crrtt..." dengan cepat batang penisku mendesak masuk liang vagina Dina, "Waahhghh..." aku mengerang nikmat hampir saja air maniku muncrat saking kuatnya gesekan dan jepitan vagina milik si Dina ini. "Oouughhgh..." aku mengatur nafas agar air maniku nggak keburu muncrat, kulihat tinggal sedikit kira-kira 3 centi yang belum masuk. Kuhentakkan lagi pantatku ke bawah dan "Crrreet.. set.." akhirnya batang penisku sepanjang 14 centi secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir kemaluan dan liang vaginanya. "Oooggghh..." aku berteriak keras saking nikmatnya, mataku mendelik menahan jepitan ketat vagina Dina yang luar biasa. Sementara Dina hanya memekik kecil lalu memandangku sayu. Bibirnya tergetar namun ia mencoba untuk tersenyum kepadaku. Wajahnya yang manis menatap sayu kepadaku. "Mass... Dina sudah nggak perawan lagi sekarang", bisiknya lirih sambil tersenyum. Akupun begitu, aku menatap bangga kekasihku itu, ia rela mengorbankan keperawanannya demi aku yang baru dikenalnya kurang dari satu minggu. "Dina sayang, Mas sekarang juga nggak perjaka lagi", balasku mesra. Kami sama-sama tersenyum.
Kurebahkan badanku di atas tubuhnya yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, payudaranya kembali menekan dadaku, nikmat. Tubuh kami telah menyatu, dalam suatu persetubuhan indah. Kurasakan vagina Dina menjepit dan meremas kuat batang penisku yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra, kuusap mesra wajahnya yang masih menahan sakit menerima tusukan alat vitalku. Setan-setan burik di belakangku seolah memproklamirkan kemerdekaannya. "Mas... bagaimana rasanya", bisik Dina mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang ia menggigit bibir menahan sakit. "Enaak sayang.. dan nikmaat... oouhh Mas nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang... selangit pokoknya", bisikku. Ia tersenyum senang dan mencubit pipiku. Kukecup mesra hidungnya yang bangir.
"Mass... bagaimana kalau Dina sampai hamil?" bisiknya sambil tetap tersenyum.
"Oke... nanti setelah bersetubuh kita cari obat di apotik, obat anti hamil", bisikku gemas.
"Iihh... nakal..." sahutnya sambil kembali mencubit pipiku.
"Biariin..."
"Maasss..." Dina agak berteriak.
"Apaan sih..." tanyaku kaget. Lalu sambil agak bersemu merah pipinya ia berkata lirih.
"Goyaang dong..." bisiknya hampir tak terdengar.
"Iiih Dik Dina kebanyakan nonton film porno, kan itunya masih sakiit", jawabku sekenanya.
"Pokoknya, goyang dong Mas..." sahutnya manja. Aku mencium bibirnya dengan bernafsu, dan iapun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali lalu sambil tetap begitu aku mulai menggoyang pinggul naik turun. Batang penisku mulai menggesek liang vaginanya dengan kasar, "ccrrrtt.. crrttt..." pinggulku menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan batang penisku yang tegang. Dina memeluk punggungku dengan kuat, ujung jemari tangannya menekan punggungku dengan keras. Kukunya terasa menembus kulitku. Tapi aku tak peduli, aku sedang menyetubuhi dan menikmati tubuhnya. Batang penisku seakan dibetot dan disedot oleh liang vaginanya yang benar-benar super sempit itu. Dina merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuanku. Beberapa kali malah ia sempat menggigit bibirku, namun itupun aku tak peduli. Aku hanya merasakan betapa liang vaginanya yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat batang penisku, seakan mengenyot nikmat, ketika kutarik keluar terasa daging vaginanya seolah mencengkeram kuat alat vitalku, sehingga betapa aku memaksa untuk keluar daging vaginanya terasa ikut keluar. "Aggghh..." nikmatnya luar biasa sekali, aku sampai mendesis panjang saking nikmatnya. Aku mengira tak lebih dari 2 centi saja batang penisku yang bergerak keluar masuk menggesek liang vaginanya, itupun susahnya setengah mati, walaupun sangat nikmat. Dina melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangku sakit sekali.
"Awww... aduuh Mass... sakit Masss... aduuhh... ngilu Mas.... iiihh..." ia berteriak kesakitan. Aku jadi kasihan melihatnya, habis enaak sih.
"Maaf sayang... Mas mainnya kasar yaah? Mas nggak tahan lagi sayang aahhgghghh", bisikku sambil menahan rasa nikmat pada alat vitalku. Air maniku kurasakan sudah mendesak ingin muncrat keluar, "Oouuhhggh..." air maniku mau keluar. Desahku sambil menyemprotkan air mani yang banyak di liang vaginanya. Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi, sungguh suatu kenikmatan yang tiada terkira.
TAMAT
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar